Sepi Peminat, Harga Jenitri Anjlok

Kebumen,(sorotkebumen.com)--Jenitri atau Ganitri yang mempunyai nama latin (Elaeocarpus serratus) dengan gelar biji “Air Mata Dewa Siwa” atau dikenal dengan nama "Rudraksha" merupakan biji dengan nilai ekonomi tinggi. Namun kini harga jenitiri mengalami penurunan di pasaran Kebumen.
Disamping peminat sedikit, meredupnya harga jenitri pun dinilai karena adanya operasi bersama Warga Negara Asing (WNA) oleh petugas tim pengawasan orang asing di beberapa kawasan hotel di Kebumen pada Senin (23/5) lalu.
Lukman Baihaqi pengusaha jenitiri asal desa Sangubanyu, Kecamatan Bulus Pesantren menuturkan, bahwa di Kebumen pasar dan peminat jenitri adalah para WNA asal Taiwan, China dan Nepal yang langsung turun ke Indonesia terutamanya Kebumen untuk membeli jenitri.
"Awalnya kita jual Grosir ke India, dan para peminat akan membeli dari India, tapi sekarang tidak. Mereka (WNA) yang langsung membeli jenitri Ke Kebumen kini takut lantaran kejadian operasi kemarin," tuturnya, Jumat (27/5/2016)
Lukman menambahkan, hampir setiap harinya selalu ada transaksi jual-beli jenitri antara pengusaha dengan WNA di hotel-hotel kawasan Kebumen. Namun kini, pasca operasi WNA tersebut, hampir tidak ada transaksi dan akhirnya harga jenitri pun meredup.
"Akhir-akhir ini tidak ada transaksi, mau tidak mau kita jual grosiran lagi, dan harga pasti murah," tambahnya.
Kini para pembeli jenitri pun lebih memilih mencari jenitri dengan motif tertentu. Akibatnya jenitri yang biasa (granong) harganya pun terjun bebas.
Harga Jenitri untuk jenis Nonmuki dulunya Rp 24.000 perbiji, kini hanya Rp 2.000 perbiji, jenis Medana kualitas biasa Rp 17.000 sekarang hanya Rp 3.000 perbiji.
"Semua turun, kini pedagang merugi," ungkap Lukman.
Salah satu penjual Jenitri Supadi warga desa Kebagoran kecamatan Pejagoan mengatakan, kini permintaan jenitri sangat sepi, akibatnya harga jenitri pun anjlok dan bahkan tidak laku.
“Kalau jenitri yang biasa, permintaannya sepi dan tidak laku. Permintaannya saat ini adalah jenitri bermotif, harganya sekarang cuma Rp 700 perak, awalnya Rp 2.000,” tutur penjual yang telah melakoni usahanya selama puluhan tahun. (Mukti)

Berita Terkait :
-
Jumat, 04 November 2016 - 08:32:37 WIB
Pasangan Mesum di Hotel Digelandang Petugas, Satu Masih Remaja
-
Kamis, 03 November 2016 - 08:29:10 WIB
Sigit Terancam Dicopot Sebagai PNS
-
Rabu, 02 November 2016 - 07:57:58 WIB
Muscab PPP Kebumen, Tiga Kandidat Ketua Muncul
-
Minggu, 30 Oktober 2016 - 09:51:11 WIB
Sekda Kebumen Bakal Kembali Diperiksa KPK
-
Jumat, 28 Oktober 2016 - 08:42:03 WIB
Kepala Dikpora Kebumen Dipanggil KPK